News and Blog

Pendidikan Karakter Dalam Karya Sastra “Moga Bunda Disayang Allah”

WhatsApp-Image-2023-03-07-at-20.23.21
Artikel

Pendidikan Karakter Dalam Karya Sastra “Moga Bunda Disayang Allah”

Proses globalisasi secara terus-menerus memiliki dampak pada perubahan karakter masyarakat. Di era globalisasi, ikatan nilai-nilai moral atau pendidikan karakter mulai melemah. Semakin hari pendidikan karakter di Indonesia semakin merosot. Meski bangsa Indonesia memiliki adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat, namun pengaruh budaya asing membuat hal tersebut tidak lagi dijadikan sebagai acuan. Kebebasan yang berlaku dan dianut oleh negara asing membuat adat istiadat dan norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap kuno dan mengekang kebebasan. Adanya pendidikan karakter dalam karya sastra membuat masyarakat lebih mudah memahami dan mengerti bagaimana moral yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat.

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral tertentu kepada masyarakat, yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran, kemampuan, serta tindakan untuk melakukan atau menerapkan nilai moral dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral. Tujuannya adalah agar membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus, guna penyempurnaan diri ke arah hidup yang lebih baik. Pendidikan karakter membentuk karakter seseorang menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, memiliki toleransi, tangguh, serta berperilaku baik.

Salah satu yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai kemanusiaan atau pendidikan karakter adalah karya sastra. Sastra hadir sebagai perenungan bagi pengarang terhadap fenomena yang ada. Karya sastra mengembangkan peran bagi kehidupan manusia khususnya dalam masyarakat. Karya sastra yang diciptakan dari pengalaman hidup yang beragam dengan macam-macam situasi, tantangan, dan masalah yang membuat penikmat karya sastra akan terbiasa untuk berempati kepada nasib manusia dalam berbagai macam masalah. Ragam karya sastra membuat penikmatnya memperoleh pelajaran dan nilai moral yang terdapat dalam karyanya. Berbagai teks kesastraan diyakini mengandung unsur moral dan nilai-nilai yag dapat dijadikan sumber pendidikan dan pembentukan karakter. Salah satu karya sastra berbentuk teks adalah novel. Novel yang merupakan prosa fiksi yang panjangnya cukup mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.

Nilai pendidikan karakter merupakan proses penanaman nilai-nilai luhur ke dalam jiwa atau kepribadian seseorang yang kemudian tercermin dalam perkataan, perbuatan maupun perasaan, seperti yang terdapat dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah. Novel ini ditulis oleh Tere Liye (Darwis) pada tahun 2007, yang menceritakan tentang Melati, seorang gadis kecil yang berusia 6 tahun. Bermula dari kecelakaan kecil yang mengakibatkan kesalahan fatal yang menjadikan melati buat, bisu, dan tuli. Kemudian hadirlah sosok karang, yang memiliki sifat pantang menyerah. Dia berusaha terus-menerus menemukan cara untuk membantu Melati mengenali dan memahami akan Sang Pemilik Kehidupan. Novel ini terinspirasi dari kisah nyata seorang perempuan bernama Hellen Adams Keller yang mengalami keterbatasan saat berusia 19 bulan. Dia tak mampu melihat, mendengar maupun berbicara.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah mengenai pendidikan karakter yaitu; dari segi religius, nilai yang terkandung meliputi ibadah, berdoa kepada Allah SWT., ikhlas, sabar, selalu mengingat Allah dan selalu bersyukur; dari segi toleransi, meliputi kebebasan dalam memutuskan sesuatu, jujur atau mengatakan apa adanya, disiplin terlihat dalam proses belajar yang kontinu, kerja keras yang dilakukan oleh Karang untuk menemukan cara berkomunikasi dengan Melati, mandiri dalam berusaha mendapatkan kesuksesannya sendiri; dari segi demokarasi, dalam hal ini kebebasan dalam berfikir, rasa ingin tahu yang dimiliki Melati untuk lebih mengenal dunia, menghargai prestasi dengan memberikan hadiah kepada Karang yang telah berhasil mengajari Melati dari segi tanggung jawab, dimana Karang bertanggung jawab atas pekerjaannya dalam hal mengajari Melati, serta pantang menyerah. Karang terus berusaha agar Melati bangkit dan mampu menjalani hidup meski keterbatasan menghambat kehidupan sosialnya.

Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat diketahui bahwa karya sastra mampu mendidik karakter pembacanya, memotivasi pembaca agar lebih bekerja keras, pantang menyerah, dan bersyukur. Novel ini dapat dijadikan media pembelajaran dalam pendidikan karakter dengan cara pembaca meresapi nilai-nilai kebaikan yang terkandung didalamnya. Selain itu novel dapat dijadikan media pembangun pribadi yang baik dalam bersosialisasi dengan sesama masyarakat. Dengan adanya karya sastra masyarakat mampu memahami dan belajar bagaimana pendidikan karakter dapat diperoleh melalui sebuah cerita.

Ditulis oleh Dorra Farhana, S.Pd (Guru Bahasa Indonesia)

Leave your thought here

Your email address will not be published. Required fields are marked *