Oratorio
February 2, 2023 2023-02-02 3:14Oratorio
Pada awal abad ke-17, Kontra-Reformasi Italia mengembangkan gerakan devosi yang kuat yang tidak terbatas pada perayaan liturgi. Para penyembah ini menciptakan ruang non-liturgi yang disebut oratorio, yang berarti kapel, untuk pertemuan mereka (Prier, 1993 : 34).
Karena mereka tidak terikat oleh aturan agama, mereka bisa berdoa, membaca kitab suci, berkhotbah, dan membuat lagu yang disebut laudi (spiritual). Lauda (jamak: lauda) adalah gaya nyanyian polifonik yang liris atau naratif, tetapi ada juga dialog lauda sebagai kelanjutan dari drama Renaisans (Prier, 1993 : 34)
Istilah oratorio pertama kali muncul sekitar tahun 1640. Laudi-Dialogi sangat populer di kalangan masyarakat umum saat itu. Selama Prapaskah, ketika banyak gedung opera ditutup, gereja menyelenggarakan konser sakral di malam hari yang dikenal sebagai oratorio (Prier, 1993 : 35).
Terdapat klasifikasi pada Oratorio, yaitu Oratorio latino dan Oratorio volgare.
Oratorio Latino | Oratorio Volgare |
Syairnya diambil dari kitab suci (perjanjian lama) | Terdiri dari dua bagian yang disisipi dengan kotbah |
Tidak dipakai dalam ibadat | Tidak dipakai dalam ibadat |
Nama komponis : F. Foggia, B. Graziani, Giacomo Carissimi | Nama komponis : Alessandro Stradella, S. Giovanni Grisotomo, Susanna, S.Giovanni Battista |
Bergaya homofon dan lebar | Stradella meningkatkan part orkes dengan sisipan instrumental ke dalam iringan aria (pola concerto grosso) |
Pada Abad 18, Oratorio mulai memiliki banyak pendengar dan penikmat, Resitatifnya tetap bersumber pada kitab suci. Ditambah dengan renungan liris (accompagnati, lagu kor yang tenang), unsur dramatis (aria, lagu kor dengan gaya madrigal) dan unsur pengajaran (accompagnati, lagu kor dengan pesan moral) (Prier, 1993 : 36).
Di Jerman, istilah Oratorio baru muncul pada abas 18. Walaupun sebelumnya sudah terdapat Historia atau Dialog, atau Akt yang banyak dipentaskan oleh Collegia musica dan Ahendmusiken (Prier, 1993 : 36).
Pada abad ke-18, oratorio dipengaruhi oleh musik Napoli. Seperti opera, itu terbatas pada resitativo seccos, accomgagnato, aria da capo, paduan suara, jarang sekali ditemukan duet dan ansambel vokal. Komposer opera juga menciptakan oratorio seperti Vinci, Leo, Pergolesi, Jomelli, Propora, Padre Martini, Hasse, Caldara, Fux, Lotti, dan lainnya (Prier, 1993 : 36).
Di Jerman, Oratorio disukai dalam arti yang lebih luas dimana Kitab Suci diolah secara bebas dengan tambahan tambahan, misalnya Der blutige und sterbende Jesus (Jesus yang berdarah dan wafat) naskah dari Menantes, musik dari Keiser (Hamburg 1704). Kemudian terdapat juga Oratorio dengan teks murni dari Kitab Suci dengan sisipan seperti Weihnachtsoratorium karya J.S. Bach ((Prier, 1993 : 36).
Di Italia, Handel menciptakan opera rohani II trionfo del tempo e del disinganno (Roma 1707) serta La resurrezione (Roma 1708). Di London Handel menciptakan oratorio Inggris yang menjadi puncak oratorio Barok : Esther (1720, diolah kembali tahun 1732), Deborah dan Athalia (1733), II parnasso in festa (1734), Alexanderfest (1736), II trionfo del tempo e della verita (versi dua 1737), Saul, Israel in Egypt (1739), L’Allegro (1740), serta The Messiah (Dublin 1742, London 1743) (Prier, 1993 : 36-37).
Oratorio pada zaman Klasik
Oratorio Klasik berkisar pada tahun 1750 yang merupakan lanjutan dari Oratorio Barok Italia/ Sekolah Napoli, dari Oratorio Barok Inggris / tradisi Handel maupun dari Oratorio Jerman / gaya sensitif (Prier, 1993 : 90).
Oratorio Italia
Oratorio Napoli merupakan karya musik untuk solis, hampir tidak pernah untuk paduan suara. Syairnya diambil dari Kitab Suci yang dibawakan dalam resitatif secco, sama seperti opera, dan disisipi aria da capo sebagai renungan (syair yang bebas) (Prier, 1993 : 90).
Beberapa karya Oratorio Italia diantarnya adalah :
- Passio, menceritakan tentang sengsara dan wafatnya Yesus.
- Pellegrini ad sepolcro (1742) karya J.A.Hasse
- II Ritorno di Tobia karya Joseph Haydn
- La Betulia liberate karya G. Paisiello, A. Salieri, W.A Mozart
Oratorio Jerman
Sama seperti Opera, Oratorio pada abad ke 16 sudah mulai menghindari gaya Barok yang kaku, keinginan akan musik yang lebih sederhana, sensitif dan alamiah merupakan gagasan dari semangat baru ini (Prier, 1993 : 90).
Beberapa karya Oratorio Jerman diantarnya adalah :
- Messias karya F.G.Klopstock
- Seligem Erwagen karya G.Telemann
- Auferstehung und Himmelfahrt Jesu karya C.Ph.E. Bach
- Die Schopfung dan Die Jahreszeiten karyaJ.Haydn[1]
Daftar Pustaka
Prier sj, Karl Edmund. 1993. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi
[1] Pada karya ini Haydn menggabungkan tradisi oratorio Handel dengan paduan suara, fuga, konsep lebar, dengan gaya klasik yang sudah matang terutama dalam perkembangan orkes simfoni.