News and Blog

<strong>Free Jazz</strong>

WhatsApp-Image-2023-02-27-at-10.00.21
Artikel

Free Jazz

Orang sering mengatakan bahwa Free Jazz adalah sebuah aliran jazz sementara pada tahun 60-an. Pendapat demikian itu sama sekali tidak benar. Awal Free Jazz merupakan suatu titik perubahan yang amat mendasar dalam perkembangan sejarah musik jazz dan hanya bisa dibandingkan dengan perubahan dalam bidang perkembangan “musik seni barat” yang terjadi oleh karena munculnya Aliran Wina ke-II sejak awal abad ini. Perbandingan ini sah dan cocok karena terdapat elemen-elemen yang sama dalam proses perubahan evolusioner masing-masing. Elemen-elemen itu lazimnya dinamakan ‘kecenderungan atau tuntutan materi musik’.” ujar Alexander von Schlippenbach di sebuah artikel yang bertajuk “Free Jazz”, majalah “Neue Zeitschrift fur Musik, Mainz.

Istilah Free Jazz ini sering kali menimbulkan miskonsepsi, ada yang mengatakan free sebagai bebas, anarkis, tidak teratur dan sebagainya, Pendapat ini kurang tepat. Ekkehard Jost, seorang spesialis estetika musik tahun 60-an merumuskan Free Jazz berdasarkan kriteria berikut ini :

  1. Mempermasalahkan dan mempertanyakan segala norma-norma yang sedang berlaku, termasuk semua aturan baku yang berkaitan dengan mengolah materi musik (hal ini tidak boleh diidentikkan dengan suatu penolakan aturan-aturan sepenuhnya).
  2. Peranan saling bereaksi di dalam suatu grup musik menjadi semakin penting dan oleh karena itu kecenderungan untuk mengabaikan pembagian fungsi-fungsi masing-masing pemain sebagai solis atau pengiring semakin nyala pula, yaitu pengutamaan improvisasi kolektif daripada improvisasi seorang solis yang saling menyusul.
  3. Emansipasi warna suara sebagai suatu kemungkinan pengolahannya dalam improvisasi, atau dengan kata lain, peluang berimprovisasi secara non-melodis
  4. Penekanan “energy” dan internsitas sebagai elemen komunikatif dan daya Tarik untuk ekstase kolektif.
  5. Perhatian pada budaya musik etnis dari Asia dan Afrika. Dari situ banyak elemen dileburkan dengan materi Jazz.
  6. Peningkatan kesadaran para musisi dalam hal politik dan sosial. Masalah rasisme, kemiskinan, ketidakadilan, keruntuhan komersialisme dan sebagainya menjadi pola utama latar belakang ekspresinya, terutama bagi musisi kulit hitam, akan tetapi juga bagi musisi kulit putih (ironisnya, kebanyakan musisi di Eropa bersikap demikian ; boleh dikatakan bahwa perkembangan Free Jazz dengan estetika seperti baru dijelaskan pertama kali menimbulkan suatu musik jazz mandiri khas Eropa, padahal perhatian pada musisi “avant-garde” Free Jazz itu pada umumnya lebih tinggi di Eropa daripada di Amerika).

Perkembangan Free Jazz ini di Amerika pada mulanya berhubungan dengan musisi seperti John Coltrane, Ornette Coleman, Cecil Taylor, Don Cherry, Archie Shepp, Albert Ayler, Art Ensemble of Chicago, Sun Ra, dan Charles Mingus. Menurut Le Roi Jones, akar musik Jazz adalah “New Black Music” dari kaum Negro. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa musisi kulit putih bisa ikut bermain asal motivasi dan sikap cocok dengan konsepnya. Unsur “swing” dalam Free Jazz hampir selalu ada, struktur harmoni tonal yang selalu diulang sebagai landasan improvisasi yang terkadang lebih motivis, kadang juga bersifat frase-frase standar, serta prinsip “chorus”, yaitu form/bentuk improvisasi, dimana kebanyakan struktur harmoni itu adalah A A B A yang diulang terus menerus sebagai landasan improvisasi. Konsep seperti ini bisa ditemukan dalam karya “Milestones” oleh Miles Davis, namun saat itu masih bersifat tradisional, sedangkan dalam “Flamenco Sketches” oleh Miles Davis, formnya tidak tentu lagi, ini yang disebut sebagai revolusi kedua dalam frase transisi perkembangan jazz. Dalam karya itu digunakan lima modus, dan pada masing-masing improvisasi, baik itu panjangnya improvisasi maupun perpindahan modus tidak direncanakan sebelumnya.

Struktur Improvisasi

Bill Evans (pembukaan, 4 birama) piano – Modus I

Miles Davis (24 birama) trumpet – Modus I (4), Modus II (4), Modus III (4), Modus IV (8), Modus V (4)

John Coltrane (24 birama) tenorsax – sama dengan davis

Cannonball Adderly (33 birama) – altosax – Modus I (9), Modus II (4), Modus III (8), Modus IV (8), Modus V (4)

Bill Evans (28 birama) piano – modus I (8), modus II (4), modus III (8), modus IV (4), modus V (4)

Miles Davis (22 birama) – modus I (4), modus II (4), modus III (4), modus IV (8), modus V (2)

Modus yang digunakan :

  1. C ionis
  2. Ab ionis
  3. Bb ionis
  4. D frigis
  5. G eolis

Meskipun masih teratur, variasi dari struktur karya ini sangat mendominasi, padahal sebelumnya dalam Jazz tidak ada kebebasan seperti ini. Musisi lain yang bersangkutan bisa mengerti perubahan modus secara spontan dengan berbagai tanda atau sandi antar musisi secara spontan, John Coltrane memiliki tanda itu seperti semacam pemadatan tenaga saat perubahan (kecuali perpindahan ke modus III).

1.1 Solo John Coltrane Pada “Flamenco Sketches”

John Coltrane

John Coltrane adalah salah satu musisi yang berpengaruh pada musik ini, ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan melodi-melodi yang panjang, kompleks (sekaligus teratur) dan bersifat spiritual tentu saja merasa di dalam suatu penjara dengan struktur harmoni tradisional. Sepertinya belum ada musisi yang improvisasinya mirip “komposisi yang teratur”, sebab hampir semua improvisasinya tidak ada satu nada pun yang kosong. Karir penting untuk perkembangan estetika Coltrane adalah ketika ia bekerja sama pada tahun 1950-an dengan Don Cherry, Eric Dolphy, yang sudah lebih berpengalaman pada musik baru ini oleh karna kerja sama dengan Ornette Coleman dan Cecil Taylor. Jika Coltrane masih lebih bertolak belakang dari tonalitas dan ritme tradisional, maka Dolphy membebaskan diri dari artikulasi-intonasinya dari unsur tradisi menuju cara improvisasi yang lebih kompleks dengan peranan warna suara yang penting.

Puncak karir Coltrane adalah ketika ia menciptakan “A Love Supreme” yang bisa disebut “modal jazz yang bebas”. A Love Supreme merupakan karya suita yang menjadi kesimpulan semua pembaharuan dan eksperimen Coltrane sebelumnya.

Sejalan dengan perkembangan karir Coltrane, musisi lain yang juga aktif dalam album jazz baru ini adalah “Free Jazz” dari Ornette Coleman dari tahun 1961. Seperti yang diketahui, Free Jazz sama sekali tidak boleh didefinisikan sebagai “free=bebas” sepenuhnya, Free harus diartikan dengan “bebas dari keterbatasan tradisional”, akan tetapi dengan beragam aturan baru, sesuai dengan kebutuhan ekspresi masing-masing.

Karir Coltrane berkembang karena disebabkan oleh beberapa kejadian, yang pertama daro suatu festival “October Revolution in Jazz” yang diselenggarakan oleh musisi, komponis dan aktivis politis untuk kaum Negro, yaitu Bill Dixon. Kedua, suatu festival “New Black Music”. Dalam rangka kegiatan-kegiatan ini, dengan unsur politik dan musikal, muncul banyak musisi muda dari New York yang haus akan musik baru. Kemudian Coltrane mengumpulkan berbagai musisi itu untuk mewujudkan jazz dan pengertian jazz seluruhnya. Inilah album “Ascension”, suatu komposisi atau konsep dari John Coltrane yang berdurasi 45 menit. Ascension merupakan karya yang masih ada unsur modal jazz ala Coltrane, akan tetapi variasi ekspresi dan kompleksitas improvisasi kolektif sangat baru. Yang menarik dari karya ini adalah, motif dasar (atau bisa juga disebut leitmotiv) yang dimainkan oleh Coltrane sebagai pembukaan memiliki hubungan erat dengan tema dasar karya “A Love Supreme”

Archie Shepp

Archie Shepp adalah salah satu aktivis politik melalui medium musik yang khas untuk Free Jazz pada awal tahun 1960-an. Awalnya, Shepp berorientasi pada Coltrane, terutama pengalaman bermain bersama Cecil Taylor dan Ornette Coleman sangat memengaruhi cara berimprovisasi yang disebut “gaya energetik” daripada melodis. Shepp mengembangkan gaya staccato yang unik, dimana artikulasi dan warna suara lebih penting daripada parameter tingginada atau intonasi tradisional pada umumnya.

Don Cherry

Barangkali merupakan satu-satunya pemain trumpet yang berkontribusi pada Free Jazz di Amerika, meskipun dia sendiri tidak aktif dalam proses pembaharuan. Cherry hanya bergabung dengan grup Ornette Coleman dan NYCF.

Meskipun gaya bermusik Cherry dipengaruhi oleh Miles Davis dan Clifford Brown, Cherry mengembangkan suatu gaya trumpet yang unik. Pada karya “The Face of The Bass”, kesan pengaruh Davis paling mendominasi pada bagian awal, dimana Cherry hanya bermain ritmis. Frase-frase “C” lebih diwarnai dengan berbagai nada yang bunyi dengan artikulasi yang kurang bersih dan jelas, sehingga warna suaranya lebih mendominasi. Don Cherry adalah orang yang pertama kali memasukkan unsur etnis ke dalam musiknya, seperti pada suita “Eternal Rhythms”, dimana Cherry menggunakan dua suling bamboo, gamelan (salon, gender), shanai (semacam oboe dari India), secara teori, alat-alat ini bisa dimainkan dalam idiom jazz tradisional, karena cara memainkannya yang penting,sedangkan instrumennya bersifat lebih sekunder, yaitu sebuah “Alat” saja.

Ornette Coleman

Tokoh lain yang berpengaruh pada perkembangan Free Jazz adalah Ornette Coleman. Coleman adalah seseorang otodidak, yang tentunya hal ini membuat ia diserbu kalangan musisi jazz di New York dengan gayanya yang mengejutkan karna dia tidak “belajar teknik yang seharusnya”. Tidak bisa dipungkiri, Coleman memang tidak bisa ikut bermain bersama musisi jazz tradisional, tetapi itu juga karna dia tidak mau, karena dia lebih percaya dengan konsepnya sendiri. Coleman sangat bertolak belakang dengan struktur jazz yang tradisional, dia lebih mementingkan parameter warna suara, artikulasi serta suatu gaya melodi khusus daripada akor-akor. Tampaknya Coleman tidak memperhatikan struktur harmoni Blues, tetapi pada karya “Tears Inside”, form Blues terlihat sangat nyata, namun Coleman hanya berimprovisasi pada suatu “nada sentral” yaitu Db, sementara pemain basnya, Percy Heath dari kalangan tradisi tetap mengikuti “chord changes” harmoni tradisional.

Penggunaan nada sentral dipengaruhi oleh konsep Davis dan Coltrane, namun Coleman mengembangkannya sedikit berbeda, sebabnya dalam sistem modal Coltrane dan Davis, nada sentral harus dilihat sebagai suatu jajaran nada tertentu, yaitu modusnya, sedangkan bagi Coleman, segala nada mungkin terhadap nada sentral itu.

Free Jazz mengutamakan improvisasi kolektif dan teknik mata rantai motivis secara spontan, artinya peranan saling bereaksi lebih tinggi daripada keteraturan atau keterbatasan materi sendiri yang digunakan. Jarang sekali ada semacam puncak ketegangan dalam karya Free Jazz, sebab itulah yang diutamakan disini ialah semacam “multi-dialog” antar musisi.

Artikel ini hanya sebagian kecil dari musik jazz, bahkan untuk Free Jazz itu sendiri, jika ingin memperdalam musik jazz, penulis merekomendasikan beberapa literatur, diantaranya Sejarah Musik Jilid 4 karya Dietr Mack, yang menjadi referensi artikel ini. Atau bisa juga membaca buku Memahami dan Menikmati Jazz karya John F.Szwed sebagai pengantar.

Penulis : Kamal Zidane Ardarifa, S.Sn (Guru Produktif)